Baru menyadari, catatan perjalanan sepenting itu! Setelah membuka catatan perjalanan ke Gunung Argopuro di tahun 2015 yang tidak dipublikasikan, membuat memori berkelebat dan membuat percikan untuk menikmati “walden” membuncah kembali. (BTW, ini pendakian gunung sagara ya).
Eungapnya perjalanan menuju pos air 1 dan bertemu maghrib di pos 2. Mengambil air dan terkena daun jancukan. Dingin Cisentor dan shelter kayu yang suram, Rawa Embik yang berangin, visual sunset Cikasur yang tidak pernah terlupakan, mimpi buruk berjamaah di Cikasur, dingin Sabana Lonceng, keringnya Cemoro Limo, dan gelapnya hutan lumut yang membuat nerves seketika berakhir ketika bertemu Danau Taman Hidup. Namun, catatan perjalanan ini bukanlah ke Argopuro di tahun 2015, melainkan Tektok atau pendakian gunung Sagara 2123 mdpl Garut di tahun 2024.
Bagiku, semua pendaki adalah pendaki pemula. Meski sudah berkali-kali ke tempat itu, pendaki tetap pemula. Karena memori dan pengalaman yang akan kita dapatkan pasti berbeda. Dan pengalaman pendakian Gunung Sagara dimulai dari memilih open trip ke Sagara.
16 Agustus 2024 Pukul 21.00 WIB, saatnya memesan gojek ke Stasiun Rawa Buntu. Aku kira ga akan macet tapi kesel banget karena di jalan ada truk besar yang bikin jalan lama. Udah nerves karena maksimal 21.30 WIB harus sudah naik KRL karena 23.00 WIB harus sudah di UKI Cawang. Maklum, baru pertama kali ikut OT dan pertama kali naik KRL ke daerah situ. Hahaha
Sampai Rawa Buntu 21.28 WIB langsung siap-siap ke Tanah Abang, lalu naik peron 3 ke arah Manggarai, dan pindah kereta ke Cawang. Lanjut Grab Now ke UKI Cawang sampai 22.58 WIB. Di sana ketemu guide dan masih nunggu ELF yang macet di dalam kota. Sembari itu, aku ambil uang cash untuk bekal perjalanan. BTW, sambil nunggu ELF, waktu mau masuk elf udah penuh aja. Agak menyebalkan, karena harus duduk di bagian belakang elf dengan 4 kursi, yang lain padahal cuma 3 kursi satu deret. Apalagi di bagian kanan yang kepentok kaca dan kursinya ga bisa disenderin, dan kegaduk-gaduk ban. Experience, bad! Kalau mabok darat bisa bikin pusing dan muntah.
Sekitar 23.28 WIB baru otw dan ga fokus melihat jalan. Bangun bangun udah di rest area, dan bangun kedua udah di Garut sepertinya, dan bangun ketiga udah sampai di Desa Sagara untuk pendakian ke gunung sagara. Kabar baiknya, aku termasuk priviledge perihal tidur. Mau pesawat turbulen ataupun jalur kacau, kalau udah tidur susah bangun. Dan ini jadi media untuk saving energy sebelum naik.
Karena bayangan trek seperti Burangrang ataupun Manglayang, sedikit canggung, takutnya agak engap. Tapi perjalanan begitu sangat santai jika dibandingkan dengan hiking biasanya. Jalur juga cocok untuk pemula. Heart rate tidak meledak. Ketika ditanjakan maksimal juga 166 saja.
17 Agustus 2024, Pukul 08.06 WIB kita sudah di base camp, dan sampai puncak sagara jam 12.00 WIB, istirahat sebentar, dan sampai di basecamp lagi Pukul 15.00 Tektok sih asik, tapi lumayan lama pergerakannya. Akan lebih indah jika bersama teman-teman yang terbiasa hiking bersama. Kalau yang tercatat di jam aku, sekitar 11,31 km dengan total waktu 5 jam 45 menit termasuk istirahat yang lama banget.
Saat perjalanan banyak bertemu dengan pendaki karena momen 17 Agustus di puncak sagara ada upacara bendera. Bertemu lutung di pos 2. Dan bertemu para pendaki yang turun lumayan banyak. Bisa disimpulkan, pendakiag gunung sagara atau perjalanan ini tidak melelahkan dan menyenangkan. Tanjakan sudah dimulai menuju pos satu namun jalur berdebu dan masih landai. Jalur akar dan tanjakan ada saat menuju pos 3, pos 4 dan puncak. Tapi, jalur akar dan menanjak masih aman untuk pemula.Puncak lumayan berdebu dan panas untuk jam 12 siang, jadi pakailah masker, topi, dan kacamata hitam.
Indah, puncaknya bisa melihat Talaga Bodas. Namun, tidak ada samudra awan karena sudah siang. Tidak ada bau belerang juga. Mendung juga tidak. overall, cerah dan ceria!
Banyak sih teman teman yang camp di situ mendirikan tenda di puncak. Karena dipuncak ada bagian yang tertutup pohon dan lumayan untuk menghindari angin. Meski kata teh yuli kenalan aku saat di perjalanan , saat camp malam hari dingin dan anginnya lumayan kencang.
Saatnya turun! Pukul 13.00 WIB, mungkin. Jadi bisa dikatakan turun 2 jam dari puncak sampak basecamp. Btw, aku saat turun duluan bersama beberapa teman. Lalu sampainya di pos 3 aku tancap gas karena kalau turun aku lebih semangat. Dan biar tidak sore saja.
Saat turun aku mindfulness banget karena jalan sendiri, namun di post 2 kebawah aku bertemu denga ular hitam mungkin lebarnya 10 senti tapi kelihatan panjangnya 20 senti. Tidak terlihat kepala dan ekornya. Tapi hitam legam dan kaget banget sehingga makin kencanglah aku turun.
Bermodalkan sepatu trail yang sudah menipis, jalur debu tanah kering, daun kering dan akar masih aman. Menggunakan tongkat kayu yang kuambil di sepanjang trek, tektok sagara aman dan tidak cape. Masih bisa ketawa ketawa dan jalan kaki ke kebun jeruk bapak didik.
Di sini kita bisa foto dan beli jeruk 15.000/kg. Kita yang milih alias metik sendiri aja. Lalu main ke kebun orang, ga tahu siapa, lihat matahari sore, angin sore, dan nuansa nostalgia masa kecil yang damai. Ketika uang 5000 rupiah udah serasa 1 juta. Miss that moment!
Kekurangan open trip adalah ketika kita merasa sudah sat set, tapi tim lama. Tapi bisa jadi, ketika kita yang lama, kita sudah merasa sat set. Tapi, open trip kali ini menyenangkan karena semua tim sangat ramah dan enjoy! Apakah dengan budget 420 (fee OT+ojek) termasuk pricy melakukan pendakian gunung Sagara? Heum, pricy jika kamu punya teman dan bisa ke sana bareng. Tapi, kalau sendiri sih enggak ya. Worthed kok!
Rincian Biaya Perjalanan:
Grab now stasiun cawang ke meeting point Rp17.500
Tiket stasiu Rawa Buntu ke Cawang Rp4000
Gram ke Rawa Buntu Rp19.000
Tiket OT Rp399.000
Ojek pulang dari basecamp ke warung Rp20.000
Jajan cash Rp200.000
Stasiun Rancaekek ke bandung tiket go show Rp5000
Gojek ke ranca ekek Rp8.500
Mainke bandung RP300.000 (sang hyang knit, opisonal kali aja mau lanjut eksplor)
City trans Rp175.000 ke BSD
Gojek BSD ke rumah Rp420.000
0 Komentar