Urgensi masalah sampah di Indonesia
foto : tirto.id |
Perihal sampah di Indonesia pasti sudah menjadi bagian kehidupan setiap orang. Bahkan, hal yang terbiasa itu menjadikan Indonesia sebagai negara terbesar kedua dunia penyumbang sampah plastik. Berdasar data Jambeck (2015), yang dimuat dalam laman CnnIdonesiadenga artikel berjudul Indonesia Penyumbang Sampah Plastik Terbesar Ke-dua Dunia, Indonesia berada diperingkat kedua dunia penghasil sampah plastik ke laut yang mencapai 187,2 juta ton setelah Cina yang mencapai 262,9 juta ton. Serta data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang menyebutkan bahwa plastik hasil dari 100 toko atau anggota Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO) dalam waktu satu tahun saja, sudah mencapai 10,95 juta lembar. Berdasarkan data di atas, urgensi permasalahan sampah Indonesia sangatlah tinggi, apalagi Jakarta sebagai Ibu Kota Indonesia. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Wastefochange 2015 yang dimuat dalam Company Profil Wasteforchange 2015, sampah yang dihasilkan warga Jakarta menghasilkan 6500 ton sampah atau setara dengan 25 pesawat Boeing 747. Sedangkan sampah warga Jakarta setiap hari dapat menutupi 4 lapangan sepak bola dengan tinggi 1 meter, serta 79% sampah Jakarta dikirim dan diolah di TPST Bantar Gebang Bekasi dan 21% sisanya terbengkalai.
Prinsip 3R solusi masalah sampah Indonesia
gambar : yourdentistryguide.com |
Berdasar data yang disebutkan, pengelolaan sampah di TPA masih belum maksimal karena sampah yang dibuang bercampur aduk jenisnya, yakni organik dan plastik. Padahal dengan memilah, sampah organik mampu dikurangi dengan mendaur ulang sebagai pupuk, dan sampah plastik dikurangi dengan mendaur ulang sebagai bijih plastik. Namun hal tersebut membutuhkan waktu dan banyak tenaga jika dilakukan pada sampah di TPA yang banyak jumlahnya. Oleh karena itu, masyarakat Indonesia bisa menerapkan prinsip 3R (reuse,reduce dan recycle) sebagai solusi penanganan sampah Indonesia. Reuse yaki gunakan kembali sampah untuk fungsi yang sama, reduse yakni kurangi penggunaan (contohnya plastik), dan recycle yakni ubah benda yang dinilai sampah menjadi lebih berguna.
Penerapan 3R pun tidak harus melakukan hal yang susah seperti mengumpulkan plastik dan mengubahnya menjadi bijih plastik. Cukup dengan mengikuti cara Marimas EcoBrick dalam mengelola sampah plastik. Hal ini dikarenakan Marimas EcoBrick memberi contoh nyata yang sederhana dan mudah untuk ditiru oleh setiap individu di Indonesia untuk mengurangi sampah yang ada. Marimas Ecobrik pun memberikan pelatihan bagaimana caranya membuat Marimas EcoBrick sebagai solusi masalah plastik.
Marimas EcoBrick sebagai bentuk 3R
foto: observers.france24.com |
Dengan membuat Marimas EcoBrick, individu bisa menerapkan salah satu prinsp 3R yakni recycle. Dengan mengubah botol plastik menjadi ecobrick sebaga solusi pengurangan sampah plastik. Dalam laman marimas.com/ecobricks, dijelaskan bahwa untuk membuat ecobrickdibutuhkan 3 hal, yakni botol plastik, bahan isi, dan tongkat. Caranya, isi botol plastik dengan bahan isi, yakni plastik pembungkus produk sampai penuh dan padatkan dengan tongkat bambu. Kemudian setiap botol plastik yang sudah terisi bahan isi dan padat, satukan dengan botol plastik lainnya yang serupa dengan lem. Dan Marimas Ecobrick sudah siap digunakan.
Ecobrickadalah suatu tekhnik pengelolaan sampah berdasarkan prinsip 3R dan prinsip 3R adalah solusi masalah sampah di Indonesia. Marimas EcoBrick memang harus ada disetiap rumah di Indonesia. Harus ada pelatihan untuk membuat Marimas EcoBrick pada semua daerah Indonesia. Kenapa? Jika semua rumah di Indonesia membuat Marimas EcoBrick, maka setiap orang di Indonesia sudah bisa memilah sampah dan menerapkan 3R dalam kehidupan sehari-harinya. Dengan begitu, sampah di TPA Bantar Gebang atau TPA lainnya di Indonesia akan berkurang volume dan plastiknya. Sehingga Indonesia tidak perlu menyiapkan lahan baru untuk TPA sampah yang ada, melainkan lahan TPA bisa dialihkan untuk taman kota.
0 Komentar