source : https://minabraun.com/Time-to-Wonder-3 |
Balik lagi kepertanyaanku di awal, perlukah? Perlu tidak untuk aku ngobrol serius perihal cinta? Meski umur bukan pembatas ya, perlu tidak? Ini aku nyaman aja, meski ada yang datang dan hilang. Lagian ya sudah, aku masih bisa jalan ke pasar sendiri, ke warteg sendiri. Ya meski kalau dipikir sedih juga, waktu sakit sendiri, waktu kepleset di kamar mandi pun menolong sendiri, makan juga sendiri. Ya bosan bosan seperti itu sudah mampir saban hari. Apalagi kalau malam aku harus jemput karibku dan mengantarkan ia balik, rasanya aku butuh teman juga. Apalagi kalau malam ke kosannya harus lewat kuburan atau tempat yang sering banyak begal. Oh, serius juga masalahku. Tapi kalau masalah antar mengantar sekarang juga banyak ojek online kan?
Lagian aku juga anak baik. Aku tidak macam-macam dengan kehidupan yang kadang sama sekali tidak bisa kubayangkan sebelumnya. Aku juga hamba yang ya lumayaan taat pada penciptaku. Meski tak begitu religius, aku juga lumayan konservatif. Perihal masa muda juga aku dapatkan dari cerita teman. Ternyata masa muda memang menakjubkan. Tapi ini aku malah lebih suka tidur-tiduran sambil baca buku, atau liat toko online untuk mencari buku buku bekas yang keren. Nah pertanyaanku mengenai perlukah aku ngobrol perihal cinta sudah dijawab sama karibku dengan jelas. Sedangkan ibuku menjawab dengn tegas. Begitu. Jadi aku harus mulai dari mana?
Kalau boleh aku minta, bagaima kalau Tuhan berikan saja langsung semuanya? Nanti aku tidak menentukan atau pilih, nanti aku tanya mereka, ngobrol dengan mereka, begitu. Ya kan mereka juga punya hak menolak. Lagian manusia macam apa aku ini? Aku bukan manusia paling keren, mana bisa menuntut banyak pilihan. Jadi daripada aku pilih mending aku diskusi saja, begitu bisa ga ya? Soalnya kalau perkara ini sudah selesai dan lewat, aku kan bisa jalan lagi ke pasar, ke warteg , ke toko buku dan ke kedai kopi sendiri lagi. Kan aku dilahirkan bukan kembar siam, jadi tak perlu kemana-mana harus bersama kan? dan satu lagi, biar meredamkan bacotan orang.
Kala kau banyak tanya perihal bagaimana, aku akan jawab tidak tahu karena aku dalam keadaan yang sebut saja nyaman, begitu. Mungkin kau butuh obrak abrik hidupku tapi jangan lupa untuk menatanya kembali. Kau harus bisa jadikan apa yang ku sebut aritmia atau adrenalin sebagai sebuah respon jantung karena ketertarika pada mu. Intinya buat aku sadar kalau buku bukan hanya sejarah, catatan perjalanan, tapi juga ada luka dan romantika. Begitu. Atau begini saja, jelaskan dengan cara yang amat sederhana dan lugas agar aku mengerti dan mulai dari mana biar aku bisa sadar dan mulai mengobrol tentang cinta. Nah, begitu saja. Permudah, aku lumayan tolol untuk perkara ini. Lama kelamaan aku takut juga kalau aku hanya mampu mencintai diri sendiri. Begitu itu yang aku bingungkan. Cara kerjanya bagaimana? intinya sih itu.
0 Komentar