Sw[a]y

Sempurna, bisa jadi adalah pertemuan yang mendadak tanpa rencana, membekas dihati, dan hilang tanpa kabar begitu saja. Sengaja disimpan, di tutup rapat, yang meski bergejolak tetap tak akan membludak. Kecuali Tuhan ubah rencana, dan buat pertemuan mendadak diberi episode lanjutan.


Ku kira, dunia memang begitu menarik, tapi dia sedang menarik daripada seisi dunia. Siapa sangka, ciptaan Tuhan yang satu itu ternyata memberi kesan luar biasa. Meski bukan pertama, tapi dia yang membuat aku engap untuk kendali otak karena aritmia, menjadi gugup dan malu ala bocah ingusan yang sedang dirundung asmara. 


cukup diam, gerakan matamu padaku, dan tunjukan senyummu tanpa malu-malu, aduh bisa jadi aku stroke karena aliran darah tak lancar dan degup jantung terlalu kencang.


keberadaanmu, sekejap langsung membangun ilusi masa depan yang membahagiakan. Lalu tanpa pikir panjang, hipotesis muncul seakan untuk menganalisis semua tindak dan laku. Misal, arah dia berbicara, mata ketika ia tertawa, dan rambut yang ia sisir dengan tangganya, setidaknya mengarah padaku, kah?


Setidaknya, ekspektasi adalah hal yang harus dihindari. Bukan! Maksudku adalah ekspektasi berlebih harus ditiadakan!


Pertemuan yang sempurna memberi kesan luar biasa lalu tanpa ada cerita selanjutnya!

Karena aku tahu tak ada yang sempurna dari Mu, setidaknya buat pertemuan ini menjadi prematur dan perlu untuk dikaji kembali. Mungkin, melalui obrolan formal sehari dua hari, lalu disambung obrolan ringan seminggu setelahnya, lalu dilanjut pertemuan untuk keakraban aku dan dia.


Tau tidak biar apa? Biar terbiasa dan buat ia tak begitu berkesan dan spesial. Membuat sebuah hubungan biasa saja, dan setelah itu baru menjadi luar biasa. Aku ingin selalu buka obrolan dengan semua tawa recehnya, yang membuat ia terpingkal, harus menahan tawa dengan jejak otot leher maskulinnya. 


Ia adalah jenis manusia yang gampang membuat orang disekitarnya nyaman, senang, ataupun terpesona. Lalu bagaimana orang yang bisa membuat ia nyaman, senang dan terpesona? 


Sungguh, dalil diatas membuat bahaya karena jari tak kunjung berhenti untuk cari tahu semua tentang dia, mantan, pekerjaan, teman, atau tongkrongan. Tapi ceritanya adalah, aku tahu diri dan bersyukur bahwa pertemuan sempurna memang tak perlu ada episode selanjutnya. Jadi, biar cerita ini sampai di sini. 


Meski cerita berakhir, selalu aku semogakan karena kau memberi kebahagiaan, sungguh. 

Tanpa gugup atau malu, sungguh kau membuat  mataku tak bisa lepas darimu.




Posting Komentar

0 Komentar