Melayangkan Maaf





Kalau ada yang mampu melayangkan permintaan maaf, untuk siapa hal itu kau layangkan? Apakah kepada ia, seorang yang mendekatimu dengan baik-baik tapi mungkin malah kau pergi dengan tidak baik-baik? Atau pada seorang yang tidak kau anggap sama sekali tapi malah sebenarnya ia yang menyita perhatianmu selama ini? Atau pada seorang yang telah kau kudeta kehidupannya tapi malah kau tinggalkan begitu saja? Apakah pada seorang yang sengaja kau bangkitkan rasa penasarannya tapi sengaja juga tak kau berikan jawabannya. Atau pada seorang yang kau jadikan sebuah keisengan berhadiah? Semoga permintaan maaf itu bisa kau layangkan dan sampai dengan penerimaan kepada tempat tujuan.
Sedang kau, jika kamu punya kesempatan untuk melayangkan permintaan maaf akankah kamu gunakan itu. Bukankah permintaan maaf butuh tenaga untuk sampai pada penerimanya. Kalau aku, aku belum punya tenaga, oleh karena itu bisakah aku hanya menyatakan maaf bukan meminta maaf. Ya, ini adalah pelarian diri dan egois. Tidak mampu meminta dan tidak mau tersakiti. Padahal seharusnya tahu bahwa tidak akan ada manusia yang selalu baik-baik saja.
Kau bisa anggap orang yang seperti itu tak punya nyali. Apalagi? Sudah jelas kan karena tak mampu meminta maaf dan menyatakan maaf. Nah yang seperti ini yang membuatku dari awal tak mampu bersinggungan dengan manusia-manusia yang memakai hati. Mungkin karena asas aku lebih tau diriku sendiri jadi aku tidak mau lebih dulu tersakiti, dan tidak beruntungnya atas sebab itu, menjadikan orang lain malah tersakiti.  Memang tak ada bedanya denganku yang tak banyak nyali, tapi sebagai orang patriarki, paling hanya bisa mengumpat kenapa ada lelaki macam itu, yang tak punya nyali, yang tak mau tersakiti. Aku tahu dan akan ku perbaiki tindakan yang tak baik itu. Jadi pada siapa aku melayangkan maaf? Pada manusia yang tersakiti meski aku tidak ada niatan untuk menyakiti.
Memang, alasan “takut” memang cara meghindar yang paling tak berkelas. Padahal seharusnya tahu bahwa tak ada manusia yang tak mungkin melakukan kesalahan. Tak ada manusia yang hidupnya selalu senang-senang saja. Dan tak ada manusia yang bisa membahagiakan semua orang. Jadi tak mungkin ada manusia yang tak menyakiti orang lain.  Mau kau atur lisanmu atau tulisanmu, kau tidak akan menghindari namanya disakiti atau tersakiti, begitu kan cara kerja manusia sosial?
Adakah yang lain juga butuk sebuah prescription? Untuk meramu obat paling ampuh untuk manusia-manusia yang tak punya nyali. Atau manusia yang tak mau menyakiti tapi malah dengan hal itu orang-orang tersakiti. Sungguh mau sampai kapan mencari prescription ketika jawabannya ada pada diri sendiri.  Bahwa  sesungguhnya kau yang paling tahu salah satu isi dalam prescription itu adalah jangan bangun pembatas pada manusa yang ingin berbuat baik  padamu.
Aku sering berkata pada kawan kawanku, kau sunggu hebat atau kau sungguh keren ketika kau mau melayangkan kata maaf atau kata cinta. Kenapa? Karena mereka tetap melakukan apapun meski tau konsekuensi apa yang akan mereka dapatkan. Misalnya, menjadi budak atas tindakannya sendiri, seperti jatuh sebelum cinta. Kenapa harus bersakit dahulu kalau ada pilihan untuk tidak “bersakit” yakni bebas tanpa harus menjadi budak.
Kembali lagi pada melayangkan maaf, dari narasi ini aku jabarkan bahwa aku takkan mengulangi tindakan yang tidak baik itu lagi. Dan begitupun kalian, iya kan? Kita akan sama sama melayangkan maaf mulai dari diri kita sendiri. Bahwa diri setiap manusia pasti melakukan hal bodoh dan berulang, tapi tetap saja itu adalah bagian dari sebuah perjalanan. Lalu pada orang lain yang disakiti ataupun tersakiti, meski kau tak ada niatan menyakiti, tapi sebuah jawaban atau pernyataan mau tidak mau tidak semua manusia melihatnya dengan kabar baik.  Lalu pada orang terdekat seperti keluarga atas pengharapan yang belum bisa diwujudkan. Dengan begitu, setidaknya kau tidak akan selalu menyalahkan diri sendiri sebab laku yang kau lakukan pernah menyakiti hati. Ya, tidak ada manusia yang tidak pernah menyakiti orang lain jadi setidaknya itu alasan kau untuk punya nyali untuk melayangkan maaf pada setiap pribadi yang tersakiti.
Semoga termaafkan.

Posting Komentar

0 Komentar