Awalnya, korona dipecundangi oleh sebagian masyarakat Indonesia dari sekelas teri sampai sekelas menteri. Mungkin kisah ini bakal diingat para milenial yang sedang jaya-jayanya di tahun 2020. Perihal korona yang menghancurkan sebagian hidupnya.
Korona adalahs sebuah virus “dari China atau dibuat di China”? Bisa dikatakan masih banyak konspirasi mengenai ini. Bahkan, perlu diketahui bahwa wartawan yang menguak Corona di Wuhan dan penemu obat korona meninggal dibunuh, “kabarnya”. Corona menjadi sebuah sinonim baik negara maju maupun miskin, baik Amerika maupun Indonesia.
Balik lagi di awal, Corona dan Indonesia itu paduan maut. Awalnya hanya tertawa saja para rakyatnya, bahkan menteri kesehatan bilang tak perlu memakai masker karena hanya orang sakit saja yang harus pakai masker. Namun, seminggu kemudian ia muncul di media dengan masker. Selain itu, menteri pertahanan juga mengeluarkan ide menawan, napi koruptor dibebaskan. Meski akhirnya tidak jadi bebas semua. Napi kelas teri dibebaskan malah banyak berkasus lagi. Alasannya, klasik, survival tak ada uang.
Korona membuka identitas Indonesia yang sebenarnya. DPR kebut sidang omnibus law dan cipta kerja, dengan mengesampingkan larangan berkumpul di ruangan. Lucunya, Pembatasan Sosial Berskala Besar, tidak ada orang yang lewat garis batas kota atau kabupaten, tapi pak presiden bilang kalau mudik dan pulang kampung beda, iya sih beda. Jadi orang orang pulang kampung dan tidak ada yang mudik. Meski dilarang mudik, tapi kendaraan untuk transportasi umum diizinkan untuk beroperasi kembali. Otomatis, kebijakan yang diterapkan selalu berlawanan. Biar orang pada ga keluar ya jangan terapkan kendaraan beroperasi. Sederhana, tapi tak sederhana.
berlanjut.....
0 Komentar