Pada masa Corona, kok terlihat petani dan nelayan semakin susah. YA, harga hasil bumi dijual murah. Lalu pemerintah mencanangkan bantuan untuk mereka. Namun, bukannya tidak berpikir baik,ketika ada anggaran seperti ini ada bias bahwa tidak sampai dengan baik. Misalnya, kartu prakerja itu bagus sekali untuk menambah skill, tujuannya mengurangi pengangguran kan? Tapi ilmu yang dijual itu terlalu mahal, dan lebih menguntungkan beberapa provider penyedia skill. Kan uangnya banyak, tapi dampaknya tidak bisa kerasa langsung gitu, apalagi pas Corona kan?
Kalau tujuannya jangka panjang mantap sih. Tapi ketika jangka panjang jauh dipikirin, sedangkan sekarang malah kurang diperhatiin. Misalnya, penanganan Corona.
Saya merasa pemerintah adalah orang tua saya. Kadang bisa bener, kadang bisa salah tapi ga minta maaf. iya, orang tua saya begitu. kalau udah bener suruh dirumah aja, tapi kok malah mall dibuka . kayak lagi sakit maag, tapi disediakan makanan enak dan banyak, kaya seblak.
Sepertinya, di dunia ini memang cobaan isinya.
Selain itu, data Corona yang ditampilkan tidak korelasi antara kabupaten dan provinsi. Seringnya kebijakan pusat daerah jadi ga sinkron gitu, ya namanya juga otonomi daerah. oleha.
Jadinya, sekarang pemerintah bukan kaya orang tua, tapi kaya pemilik kos-kosan. Di Indonesia rakyatnya ngekos, bayar ini bayar itu, setelah dibayar ya udah ditinggal. emang kosan kamu gitu? ya ga juga sih, udah bayar termasuk listrik dan air. mending kosan saya dong ya, udah paketan. Lah indonesia banyak banget pajak yang sampai ke rakyat ya remahannya saja. mana datanya? Saya rakyat, apakah perkataan saya bukan termasuk data?
Apakah harus dengan data penelitian, lagian pemerintah ga percaya data. pemerintah ga percaya ilmuwan kok. mana buktinya? Buktinya pemerintah tidak melihat bahaya dari sisi medis. mana buktinya? Buktinya medis banyak yang berkorban demi bangsa tetapi usaha mereka dipatahkan dengan new normal yang abnormal. Adakah obrolan dengan para pakar pandemi, sosiolog, medis, ketika menentukan psbb di cabut dan mulai dibuka mall 5 juni di jakarta?
https://www.kompas.com/sains/read/2020/05/27/183200523/new-normal-disambut-pengusaha-tapi-dipertanyakan-pakar-epidemiologi
apakah pusat kehidupan di mall? lalu bagaimana pasar dan terminal? ya itu kan masih nunggu regulasi. iya saya tahu, pemerintah punya porsi dan kuasa dalam melakukan keputusan itu dibanding saya dengan rakyat yang taunya cuma protes. apakah bisa ada tindakan yang memperlihatkan bahwa rakyat juga butuh dilindungi dan dijaga kesehatannya? Makannya pemerintah menyiapkan regulasinya. regulasi berdasarkan apa coba, ketika pandemi korona belum terkendali. sama saja bunuh diri ga sih? ga?
virus sekarang berevolusi dengan lambat tapi mantap. bayi umur satu tahun meninggal, balita kena corona. awalnya sih diem aja, soalnya saya adalah dewasa muda dengan kemungkinan minim terpapar. tapi itu kan pas bulan februari lalu. sekarang sudah mei dan mau Juni, bagaimana kejelasannya? sudah seberapa kuatkah corona ini?
Kenapa tidak di lockdown cepat aja, biar semakin bebas manusia, semakin berkarya lagi, dan semakin berenergi untuk memulihkan ekonomi. kalau begini mati segan hidup tak mau. ekonomi ngarep naik tapi, sdm pada sakit.
waktu berselancar di twitter, ada ucapan indonesia bisa melalui APD tenaga medis Malaysia. Itu rasanya kok sedih karena malu ya. Disemangati negara Malaysia, maksudnya tetangga aja bisa masa kita ga bisa. Lalu yang semangatin tuh kayak temen sekolah ke saya yang lagi dihukum mamah papah karena salah gitu dirumah. terus si malaysia kasih pesan semangat yang rasanya jadi sedih gitu, karena harus tetap di rumah sakit untuk berjuang terus sedangkan, new normal sudah diberlakukan. Kayak dikhianati orang tua sendiri. lebay.
29 Mei 2020
Ketika mikir kok gini amat ya di Indonesia. Tapi saya tetap semangat dan sebisa mungkin untuk selalu bersemangat menjalani hidup di Indonesia.
Cepat reda, cepat aman, cepat pintar, Indonesia.
0 Komentar