Buku: Pulang Oleh Toha Mochtar




Ia menceritakan dengan padat namun teliti pada setiap frasanya sehingga mampu memberikan gambaran yang gampang aku tangkap melalui cerita ini. Dalam alurnya, aku juga tumbuh ekspektasi bahwa tokoh Tamin adalah pemuda yang gagah yang tidak akan lemah dengan segala carut marut permasalahan dunia sepulangnya ia gerilya. 

Namun, konflik yang ditorehkan pada cerita ini sangat bisa aku pahami. Lumayan menendang sampai ulu hati, dan pikirku “pahlawan dan khianat tipis sekali bedanya”. 

Dan, kalau ia bodoh atau pintar mungkin akan beda lagi ceritanya. 

Kegalauan tokoh Tamin secara psikologis, serta suasana keluarga-yang meski digambarkan secara sederhana namun bisa mewakili keadaan sebenarnya, membuat kisah ini lebih berarti untuk dicermati dan dirampungkan. 

Merampungkan ini, memberi keberanian diri untuk 'pulang’. Menjabarkan bahwa pulang lebih berarti karena banyak orang tersayang yang lebih peduli. Seberapa negatif tentang keluarga, dalam tulisan ini, tak perlu pergi jauh dan melupakan semua. Karena mereka adalah sebagian diri kita. Hadapi kenyataan untuk kesehatan mental yang lebih baik, itu salah satu nilai yang bisa aku petik.

Alur ringkas:

Seorang pahlawan yang gagah datang kembali, setelah ia meninggalkan rumahnya selama 7 tahun. Kedatangannya memberinya ekspektasi untuk memberikan kehidupan yang lebih baik kepada keluarganya serta dirinya. Sayangnya, ia sadar bahwa selama ini yang ia perangi adalah kaumnya sendiri, pribumi. Sebagai Heiho yang kemudian mengikuti Belanda, ia menyesal karena ia tak tahu apapun, dan bergabung dalam mengusir "perampok" yang ternyata "kaumnya" sendiri. Memang, ketidaktahuan ladangnya kesalahan.

Dalam perhelatan batin, ia tak mampu lagi untuk mengarang cerita untuk dinyatakan pada seluruh masyarakat desa dan keluarganya bahwa ia juga ikut bergerilya untuk kemerdekaan Indonesia, padahal sebaliknya.

Setelah ia kembali memberi kesejahteraan pada keluarganya dalam beberapa bulan ia balik, ia dengan tergesa pergi tanpa ada berita apapun. Menghilang dari rumah, mencari jati diri, atau hanya sekedar mengelabui diri sendiri.

Menjadi kuli, menjadi tua dalam sekejap, dan menjadi berbeda. Dalam 4 bulan itu, ia bertemu dengan orang di desanya, dan mendapat kabar menghujam bahwa ayahnya pergi.

Yang paling mendasar di hati, ia hanya ingin tahu apakah masyarakat desanya memaafkan seorang penghianat. Ketakutan yang ia bangun sendiri, akhirnya bisa luntur karena pulang adalah jalan satu-satunya untuk menjadi pahlawan seutuhnya.

Kembali pada keluarga, merawat sawahnya, merawat ibunya dan adiknya, serta mewujudkan pesan akhir dari bapaknya. Pulang, kembali dan merawat tanah ibu pertiwi.

Selamat membaca, merampungkannya adalah sebuah kecanduan tersendiri. Memang, sederhana tapi ngena.

Posting Komentar

0 Komentar