Pendakian Tektok Gunung Tambakruyung, 1994 mdpl




Minggu, 20 September 2020


Ingin tetap berkegiatan di luar ruangan namun tetap konsen pada perihal keamanan, maka aku putuskan untuk melakukan trekking tektok (alias tanpa menginap) di gunung sekitaran bandung. Sembari mencari, ada teman kampus (read adik tingkat) yang mengabari bahwa dia bakalan ke gunung tambakruyung. Lalu aku minta izin untuk ikut berdamping dan menyesuaikan hari. Setelah obrolan ringkas sekitar h-5, memutuskan Minggu 20 September langsung kuy. Jadi di minggu pag ini,aku siap menuju ciwidey naik motor sendiri.


Karena jarak kosan dan Ciwidey sekitar 26 km dan butuh waktu sekitar 1 jam, maka aku putuskan untuk cabut maksimal jam 6. Meski awalnya pengennya jam 5 subuh biar sampai sana jam 6 dan bisa trekking pagi, tapi biasalah semua hanya wacana. Sendiri ke Ciwidey baru sendiri banget, dan asik sekali menikmati jalanan Kopo-Soreang yang masih sepi.


Sesampainya di Ciwidey Pukul 7.15, karena sebelumnya kita sepakat untuk meet up di masjid agung dekat alun-alun, aku langsung memarkirkan motor di sana dan pergi ke Indomaret sebelah untuk beli Pure Life air mineral yang enak. Sepercik kemudian, tim dadakan ke Tambakruyung bertemu dan menggeser tempat berkumpul di SMA sebelah Masjid. Karena ternyata mereka adalah guru di sma itu. Sembari menunggu semua siap, dan berkenalan singkat, jam 8 lebih kita mulai gooow dengan 3 motor yakni  5 anggota menuju Juju Glamping yang tepatnya di  Jalan Kurunangan, Lebak Muncang, Ciwidey, Lebakmuncang, Kec. Ciwidey, Bandung, Jawa Barat 40973. Alamat tersebut adalah sebagai patokan titik perjalanan kami yakni Glamping legok kondang Ciwidey. 


Dari 5 anggota perjalanan ini, sebut saja tim ruyung, semuanya adalah warga asli Ciwidey namun belum pernah melakukan perjalanan ke gunung ini. Jadi, semuanya adalah awal untuk kami. 



Start pendakian yakni pukul 8.59 setelah perjalan dari masjid agung ke legok kondang sekitar 20 menit. Karena membawa motor, maka kami parkirkan di pinggir jalan start awal perjalanan. namun sebelum itu meminta izin apakah parkir bisa dilakukan di Glamping Legok Kondang, namun  karena banyaknya pengunjung kita disarankan untuk parkir di bagian luar saja. Ada rasa was was sih soalnya kan motor bakal ditinggal sampai sore, dan ga ada yang jaga. Tapi kunci adalah serahkan saja pada pencipta, yang penting mulai nanjak aja dulu. 



Perjalanan ke gunung ini mayoritas adalah melewati perkebunan warga yang didominasi kopi. setelah satu jam akan berganti dengan kebun kol atau tomat dan cabai.  Gunung tambakruyung, meski lebih tinggi Manglayang, namun terlihat seperti perbukitan dari jauh. Namun di sekitar ketinggian 1700-an mdpl, jalurnya sangat rapat apalagi dengan tidak jelasnya jalur air atau jalur jalan. Karena gunung ini memang masih jarang di daki, dan tidak populer.


Sayangnya, pas nyampe di puncak udah gerimis dan kabut. Lalu pas nyari tulisan Gunung Tambakruyung di papan ga ketemu-ketemu. Yo wes, pasang flysheet dan langsung masak saja, semabri buat dalgona.


Untuk melihat medannya, bisa simak di video di link ini



Perkiraan waktu temput


Kita adalah tim santai sejenak, yang sejenak sering santai dan nyebat. Jadi, bisa dilihat dari data di viewranger di bawah ini, kecepatan dan waktu tempuh Gunung Tambakruyung.


pendakian



pulang

Menjadi pengalaman trekking menyenangkan, apalagi dengan jalur yang masih tertutup rapat. Apalagi saat pulang, wow, ini sih emang kalo geser setengah derajat aja udah kehilangan jalur.



Nah, emang kalau mau ke gunung ini tuh harusnya meninggalkan jejak, seperti tali rafia di setiap persimpangan. Soalnya pas turun udah ga karuan jalurnya, anatar jalur air atau setapak sama sama ga jelas. Tapi ini sih yang bikin menyenangkan buat trekking gunung tambakruyung. Apalagi dikasih hujan. Huuhh, mantap dah.




Posting Komentar

0 Komentar