26-27 Juni 2021
Perjalanan ke gunung Manglayang via Barubereum lebih mudah menggunakan sepeda motor dengan patokan kecamatan Jatinangor. Setelah sampai Unpad Nangor, bisa ambil arah ke Kiara Payung dan ikutin google maps aja. Jalur menuju pos Barubereum atau warung mak lumayan asik. Jalur makadam bebatuan yang abis ujan bikin miris di hati karena licin. Tapi ada opsi lain kok, motornya dititipkan ke rumah warga dengan biaya 5 ribu per malam. Atau bawa aja ke parkiran dekat basecamp, harganya juga sama 5000. Oh iya, motor apapun bisa kok sampe BC, apalagi RX King dan Honda Beat, asal siap siap aja konsekuensinya.
Ini kali kedua menuju puncak atau puncak bayangan semenjak tahun baru 2014. Meski setiap tahun juga mampir di baru beureum untuk melaksanakan diklat mapala atau hanya sekedar kemping dengan bekal indomie kerupuk dan permen yupi. Tapi ini baru pertama kali melihat Manglayang yang begitu beda. Dulu sebelum pandemi, sebelum dibangun camping ground, dan sebelum sebelum itu, Manglayang membekas di hati. Badai di lembahan, dan air manglayang sebagai support survival saat diksar.
jadi aku bercerita saja,
Sepulang dari kerja di hari sabtu yang sebaiknya tiduran dan rebahan, pukul setengah tiga sembari menunggu hujan reda, aku berdua dengan teman menuju Jatinangor, aduh kota paling bikin mageran selama perkuliahan. Sesampainya di sana, aku merencanakan alfamart Sukawening sebagai titik kumpul, namun mendadak ada kabar bahwa teman yang sudah menjadi bagian dari keluargaku akan pulang ke rumahnya di NTT. Ya, kemungkinan tak akan balik lagi ke Jawa karena setelah kelulusan kuliahnya ia berencana merantau ke Kalimantan sana. Duh, sedih gini jadinya.
Lalu, otomatis perjalanan ditunda sekitar 1 jam, perjalanan dimulai kembali dan tiba di basecamp pukul 17.30 untuk melakukan registrasi dan langsung pendakian. Sekiranya kurang tepat, iya sekitar 17.40 an kita mulai jalan ke atas menuju puncak tapi ternyata beberapa langkah kami salah jalur. Haha, kebiasaan lewat punggungan, kalau sekarang langsung diarahkan ke tanjakan sirotol mustaqim (kata aa pos pendaftaran) dan langsung menuju ke pos 4.
Pendakian dilakukan dengan doa dan semangat yang tertinggal di kosan. Maksudnya, berdoa namun semangatnya tak bisa penuh karena kaget dengan tanjakan yang asik buat latihan pendakian ke mdpl yang lebih tinggi lagi. Dalam malam itu, ga ada rasa takut karena hantu atau hewan buas. Bisa disimpulkan, Manglayang aman untuk pendakian pemula.
Sampai di pos bayangan jam 8 malam dan langsung mendirikan tenda di kemiringan. Biarin dah, meski niatnya bisa liat lampu kota tapi sayang karena tandanya kegedean, tapi paksain aja,-bisa yok bisa. Dilanjut masak sayur asem, tempe krispi, nugget, sosis, teh manis, cemilan popcorn, dan krupuk tak ketinggalan. Makan malam yang lebih dari biasanya!
Capek kerja dan ingin ke ketinggian, Manglayang jawabanya! wkwkw
Ya begitulah. Manglayang kini ramai pendaki karena sudah dikelola tentunya. Jalur juga sudah ditentukan jelas dan aman. Intinya, 1818 MDPL kemarin sangat membantu saya yang jarang olahraga.
yuk mendaki tipis-tipis.
tagline kami, Wassudu! Where u at?
0 Komentar