Malice, mungkin adalah buku yang berbaik hati pada awalnya. Karena di halaman 70an awal, penulis masih berbaik hati pada pembaca sepertiku yang bisa menebak jalan cerita buku ini. Karena biasanya dalam sebuah kasus pembunuhan, pelaku adalah orang terdekat korban. Lalu penulis masih menjaga perasaanku di halaman 90an dan 150an. Akan tetapi, lama kelamaan cerita ini banyak yang janggal. Apalagi bukti-bukti yang di keluarkan oleh Sang Detektif dan bukti pernyataan ke dua oleh pelaku.
Alurnya!
Malice: Catatan Pembunuhan Sang Novelis oleh Keigo Higashino memang bukan narasi biasa! Alur cerita yang (awalnya) bisa ditebak oleh pembaca awam di dunia “perdetektifan” ini, dari mulai pelaku sebagai orang terdekat, motif pelaku yang bisa jadi karena ada unsur “cinta”, bahkan sampai ghost writer masih bisa ketebak. Tapi, detektif begitu lihai dan tidak bisa disetir oleh cara pelaku menggiring narasinya. Sedangkan aku? Hal kecil dan mendetail selalu aku skip dan malah mempercayai pernyataan pembunuh!
It’s Different!
Di buku Malice, kamu bakalan kaget dengan setiap temuan bukti yang diusut oleh detektif bernama Kaga ini. Cerita ini tidak semudah perkara pembunuhan karena rasa iri. Bukan juga karena sekedar dendam sesaat.
Deep Value
Malice atau Catatan Pembunuhan Sang Novelis oleh Keigo Higashino ternyata menyimpan hal yang istimewa. Aku langsung terperanjat dengan pikiran Keigo deh! Soalnya, setelah aku baca sampai 277, aku langsung menyadari bawa perkara perundungan memang tak pernah mudah. Kita seorang yang biasa saja tidak akan tau bagaimana di luar nalarnya seorang yang melakukan perundungan. Kita juga tidak tahu bagaimana perasaan seorang yang ikut-ikutan melakukan perundungan karena terpaksa. Dan kita takan pernah tahu lagi bagaimana mental dan perasaan korban.
Tapi, yang aku tidak tahu dari awal baca buku Malice ini, penulis sepertinya ingin mengungkapkan bahwa perundungan bukan masalah yang sederhana. Sehingga, menuju selesainya tulisan ini, aku langsung tahu bahwa novel ini memiliki makna yang dalam untuk membuat orang-orang tahu perkara perundungan adalah hal yang sangat keji. Dan tentu saja butuh waktu lama untuk membongkar kasus perundungan dimanapun!
Berbalik 180 Derajat
Malice atau Catatan Pembunuhan Sang Novelis oleh Keigo Higashino bisa buat kamu jungkir balik. Duh! Solanya, cerita ini bisa jadi berberbalik 180 derajat dari awal narasi yang sudah mengantarkan kita sampai merasa ingin cepat-cepat selesai buku ini. Apakah harus diceritakan di sini? Sepertinya tidak. Karena ini bagian yang paling kamu tunggu. Meski secara garis besar, cerita nya adalah berikut.
Ada seorang novelis yang ditemukan meninggal oleh temannya (novelis juga) serta istri keduanya. Kasus ini diselediki oleh seorang detektif bernama Kaga yang juga kenal dengan dua novelis tersebut. Akan tetapi, hipotesis pembunuhan merujuk pada hipotesis 1, hipotesis dua, bukti 1, bukti 2, lalu sang detektif melakukan pencarian mendalam dengan mengusut kasus 5 tahun belakang bahkan sampai novelis masih bersekolah di SMP. Dan lalu terbitlah hipotesis lanjutan. Akan tetapi, narasi ini selalu berubah dengan adanya bukti-bukti yang ditemukan Kaga. Meski pada akhirnya, jawabannya hanya akan membuat kamu sebal, kaget, dendam, terpesona, atau perasaan campur aduk lainnya,
Roller Coaster yang Disebut Spekulasi
Bayangkan pembaca udah seneng karena bisa nebak, tapi ditengah disuguhkan bukti 1 dan 2 yang membuat tebakan sudah hilang arah. Hanya bisa berharap dengan adanya analisis detektif Kaga.
Memang, kalau baca buku Malice ini tidak usahlah namanya pakai spekulasi. Udah diajak naik langsung turun seketika. Dalam tempo singkat dan cepat pula! Tapi inilah yang disebut daya tarik cerita detektif Kaga.
Bintang 5 ⭐⭐⭐⭐⭐
- Buku Malice ini one of a kind deh! Soalnya narasinya kenapa ya begitu apik dan tidak gampang ditebak? Kayaknya kamu harus baca dan kalau bisa nebak sih keren banget
- Mengajarkan bahwa perkara perundungan adalah hal keji dan harus kita pahami lebih dalam
- Menjaga nama baik memang susah, tapi menghancurkan nama baik juga butuh waktu.
- Kita tak boleh selalu melihat orang dalam keadaan terburuknya. Siapa sangka sebenarnya orang itu bukan dalam keadaan buruk, tapi tidak beruntung. Dan nanti opini kita ke dia bakal berbeda
Pembunuh!
Karakter pembunuh di buku Malice memang kalem sekali secara perilaku tapi pikirannya begitu kotor. Tidak hanya membuat motif pembunuhan dengan mengarang cerita sampai dua kali, bahkan tujuan untuk menjatuhkan nama besarnya, membuat karyanya menjadi miliknya, dan aku kira dia punya dendam karena di bully waktu masa sekolahnya. But, It's No!
Siapa sangka, ternyata yang "dibully" sampai akhir adalah tokoh yang sudah kita anggap begitu jahat di buku ini.
0 Komentar