Persekusi



Aku sedang membangun rumah...

Jika pulang rasanya hanya menjadi seonggok cangkang, dengan semangat ini aku akan bangun rumah ku sendiri. Mungkin karena masih amatir, jadi yang dibangun pondasi dan temboknya. Sayang, mungkin yang baru terlihat cuma temboknya. Bukan menjadi visual rumah,malah jadi tembok pembatas. 

Lagian, untuk membangun atap juga butuh waktu. Bukan memilih warna genteng atau perihal sloof yang maunya baja atau aluminium. Karena atap kan berfungsi untuk meneduh, jadi bukannya akan butuh modal penuh? Dari keamanan finansial, kestabilan mental, dan perkara diri sendiri yang sebaiknya sudah tuntas. 


Aku sedang membangun rumah, aku butuh rumah...

Salah sendiri memang, ketika berekspektasi mengenai rumah yang ideal. Sedangkan lahir dari rumah yang prematur. Sudah seperti kaum humanis saja. Tapi politik di rumah tuh kadang rada-rada juga. Banyak kepala dan generasi dengan opininya.


Aku sedang membangun rumah, aku butuh rumah. Karena rumahku sudah tak jadi rumah...

Namanya juga rasa. Akan menjadi sama, tak sama, dan berubah. Tapi sebagai pemilik rumah, anggota ini perlu dibela juga. Kalau sudah tidak ada rasa untuk pulang, tidak ada rasa betah, seperti jiwa yang tidak ada ruhnya.  


Kalau kayak gini kok malah seperti gelandangan. Padahal bahagia juga tidak bergantung pada waktu, tempat, dan keadaan. Versi jawanya, mboten gumantung papan, wekdal, lan kawontenan, kata Ki Ageng Suryomentaram. Jadi di mana pun sebaiknya bahagia. 


Sebenarnya, basa basi di atas muncul ketika manusia yang tidak suka dituduh dan dijudge ini mendapat pertanyaan tradisi ala lebaran. Tapi lebih ke persekusi dan main hakim sendiri sih. Contoh? Ah kacau! Masa lebaran ditanya orientasi seksual karena tidak kunjung membawa calon mantu idaman. Bangsat lah.  Dua kali pula. ( ini saatnya bilang astagfirullah).


Bahwa dengan semua ini, perihal karir, timbangan, dan cinta yang menjadi topik panas, meski sudah diperkirakan muncul trending dan viral, tapi kalau sudah kecewa, juga tidak bisa dibendung juga. Hanya saja, kecewa tidak akan membludak kalau ada pembela. Kalau ada hakim, penuntut, dan korban, setidaknya ada pembela dong. Dan fungsi rumah tidak bekerja sama sekali. 


maka, aku harus bangun rumah untuk meneduh, istirahat, mager-mageran, produktif, masak, dan menjadi diri sendiri. 






Posting Komentar

0 Komentar