Review Buku Stay Hungry & Kick Burnout in The Butt oleh Dr.Steven Berglas

Happiness, bukanlah hal yang baru dalam hidup kita. Kita sudah familiar, dan saking familiarnya, banyak persepsi untuk memaknainya. 



Jadi, aku baru membaca buku yang berjudul Stay Hungry & Kick Burnout in The Butt oleh dr.Steven Berglas. Buku ini tampil begitu cantik dengan hard covernya yang berwarna biru serta font aksen kuning yang menarik mata. Dari segi judul, burnout menjadi highlight di tahun 2020 an ini. khususnya buat para anak muda yang merasa kompetisinya atau produktivitasnya menurun dan tidak bisa mindfulness dengan pekerjaannya. Banyak yang meresensi, kamu sedang burnout. Kamu butuh refresh atau staycation!


Jika dari judulnya sih, sudah tergambar mengenai gimana sih kita bisa mengatasi rasa kelelahan bekerja atau burnout. Sayangnya, seperti pepatah bilang, don't judge book by its cover, buku ini malah memberiku eureka alias persepsi baru bagaimana memaknai kebahagiaan. Yang bonusnya, ternyata kalau kita ingin kepo lagi, topik buku ini dibahas fokus dalam filosofi arete atau di buku The Compass oleh Henry Manampiring yang ingin aku beli dan belum aku baca.


Buku ini lumayan alot untuk aku selesaikan. Lumayan butuh beberapa bulan untuk merampungkannya. Namun ketika sudah terjun dalam setiap pembahasannya, waw cukup wagyu juga. Kenapa aku bilang wagyu? Karena dalam proses membaca buku ini, arku beneran menemukan motivasi untuk “kick burnout in the butt”. Kacau! bisa dikatakan buku ini, oke banget untuk dibaca di kala lelah bekerja.


Happiness is Entrepreneurism


Bukan menjadi seorang pengusaha atau bekerja dikaki sendiri alias tidak menjadi karyawan ya! Ism dalam entrepreneurism adalah entrepreneurial spirit. kita harus lapar untuk achieve, dan sukses dengan cara yang tidak pernah kita pikirkan sebelumnya.

Caranya? Bangun pagi! Dan rasakan semangat untuk mulai dengan passion.  Pernah dengar extreme way make extreme result? jadi, era malas-malasan mu sudah berakhir  nak! Show them.

 

Burnout? Ga ada ya istilah itu!

Memang bener sih, di halaman 65 buku ini, burnout tuh memang ga ada. Burnout itu cuma terjadi ketika orang yang sedang bekerja di perusahaan A tapi malah dia berharap ia akan lebih baik ketika bekerja di perusahaan B. Karena orang yang passionate ga bakal burnout

Lalu, perlu kita ingat, stress itu ada yang disebut eustress dan distress. Btw, stress ini memang harus ada stress negatif dan stress positif. Soalnya ini seperti ying yang yang membentuk keseimbangan untuk mencapai satu hal. 


Meski buku ini tentang burnout, tapi aku menemukan arti kebahagiaan baru di sini. Kebahagian yang sebelumnya adalah rasa, atau pemenuhan materi. Misalnya, merasa senang tertawa, merasa bebas meski 10 menit dalam 1440 menit sudah aku sebut bahagia, serta beli makan enak sudah membuat ku bahagia. Lalu, ternyata bahagia itu ketika kita tidak fokus pada bahagia. Melainkan, kita fokus pada hal yang sedang kita lakukan (bekerja, berolahraga, dll) sehingga membuat kita tidak berpikir mengejar kebahagiaan. KArena dengan fokus, kita sedang membuat sebuah sistem yang akan membuat kebahagiaan datangs sendiri. Kapan lagi kebahagian dimaknai seperti ini kan? Kalau seperti ini kan apapun bisa  gas pol.


And then, ngomongin tentang anger. Perasaan ini sering disalahartikan. Kalau dalam buku ini, amarah bisa kita buat menjadi sebuah bahan bakar untuk membuat kita lebih baik. Karena amarah ga boleh dipendam. Catat ya!


Orang seperti aku yang marahnya diam atau dipendam, cuma menjadi bom waktu aja. Sebaiknya, kita kelola amarah ini dan jadikan bensin untuk menjadi  diri kita yang lebih baik. Show them. “Anybody can become angry- that is easy, but to be angry with the right person and the right degree and at the right time and for the right purpose, and in the right way-that is not within everybody’s power and is not easy”. (hal 85)


Selain happiness, anger, dan burnout, ada beberapa kuot yang aku garisbawahi. Sebagai pengingat bersama, inilah kuot yang aku simpan: 


  1. winner never quit, and quitter never win

  2. he who has a why to live can bear almost any how 

  3. problems in to profits

  4. early to bed early to rise makes a man healthy wealthy and wise


Lalu ada satu istilah yang baru aku tahu juga, yaitu summum bonum. Dalam chapter “how to achieve summum bonum: how to be happy?” happy disini diambil dari istilah eudaimonia yang sebenarnya lebih komplek dari arti kata bahagia itu sendiri. Dan untuk mencapai eudaimonia kita harus berperilaku dengan high moral (virtuous manner). 


“turn passion into purpose and satisfaction”


..but achieving eudaimonia is work or more accurately, good works, defined as thinking things through, socializing (having family and friends and actively participating in a community) and functioning in a manner that aristotle called an active being at work (energia).


Kebahagian adalah energia, kebahagiaan adalah focus and surrender in what you doing, kebahagiaan adalah bukan dengan hedonism. Inner peace!






Posting Komentar

0 Komentar