Kira-kira, bagaimana tangisan anak cucu nanti ketika aku mati? Setidaknya, aku harus ada bayangan mengenai apakah aku atau kau yang menabur bunga 7 kali di atas tanah basah pemakaman. Tanah basah karena air mata keluarga kita yang bahagia.
Tapi, tanah basahnya berwarna apa ya? Karena tiap makam yang ku temui selagi hidup, bermacam warna tanah, bahkan bermacam bentuk hiasannya.
Hiasan makam dalam bahasa jawa disebut kijing. Kalau bisa, jangan taruh kijing dalam makamku nanti. Aku harap, kamu, atau anak atau cucu kita yang akan merapikan makamku tiap seminggu atau sebulan saat berkunjung.
Bayangkan, menyiapkan kematian bisa semanis ini. Bunga yang mereka bawa sebaiknya bukan hanya mawar. Tapi aku juga tidak tahu bunga kesukaan selain mawar merah dan putih, chamomila, dan baby breath.
Tapi membayangkan aku menyiapkan kematian dengan kau membawakan bunga matahari sebagai bunga yang menjadi wakil dalam proposal pernikahan mu padaku, itu cukup mendebarkan! Meski tidak sampai membuat aku bangkit dari kematian sih!
Sederhananya, dalam menyiapkan kematian, aku menyiapkan keluarga bahagia. Dan sebelum itu, bawalah bunga matahari bersama cincin lamaranmu. Setidaknya, jika tidak bisa mendapatkan Apollo, seperti Circe, aku ingin kau menjadi Apollo versi unik yang bisa membangun cintanya dengan satu rumah saja.
Ah, kau belum tahu Apollo ya? Dalam cerita yang aku baca, Apollo muncul sebagai dewa yang mengagumkan. Tapi aku tidak suka bagian ketika dia adalah makhluk yang bebas, yang selalu menuju dermaga, berlayar, dan tanpa berlabuh sekalipun. Jadi, berlabuhlah dan menetap. Cukup wakilkan saja dengan bunga matahari, ya.
Apollo juga menjadi dewa musik! Tapi membayangkan Apollo dengan gaya metal, rock, atau post punk agak sulit juga. Atau bayangkan Gitaris Lamb of God Mark Morton! Visual Apollo yang bisa muncul malah Aiden Kroll. Ah, itu Apollo sih! Tapi, distorsi gitar metal lebih memikat.
Well, cukup dengan musik. Sebelum menyiapkan kematian, mungkin kita buka dengan pertemuan kita dulu? Ah sulit. Bentukmu masih dalam benak. Kita masih terjarak. Baik dengan zona, rasa, dan bahkan vibes.
Kalau bicara dengan zona, ada teori yang aku suka. Twin flames. Jadi ini tentang kita sebelum kematian, pernikahan, atau hubungan yang melebihi zona. Ini menarik! Twin flames menjadikan alasan bahwa kita adalah dua orang yang ditakdirkan untuk kembali bersama. Disebut sebagai “other halves” atau “mirror soul”. Sangat menarik. Dan teori ini cocok untuk manusia yang sedang kasmaran.
Sayangnya, konsep cinta menurut Erich fromm sang psikoanalisis neo-Freudian dalam buku The Art of Loving tidak hanya 1 jenis, yaitu cinta yang menghasilkan keluarga. Tapi ada satu hal yang mungkin sedang terjadi diantara kita, platonic. Close friendships without romantic or sexual features. Tapi, catatan, bahwa platonic itu sudah gugur dalam satu pihak. Dan jawabannya, kau paling tahu dalam menebak.
Bayangkan, jika platonic itu bisa sama-sama gugur dalam momen yang tepat. Semenyenangkan apa kita? Akan semenakjubkan itu sepertinya. Kita akan bertualang dan menciptakan momen yang mengesankan, lawakan yang menggelitik, dan tentu dengan budget yang minimal. Karena bertualang tak harus sepi, bawa saja satu rombongan yang bisa kita tertawakan masalah hidupnya.
Dan sebelum menyiapkan kematian yang manis, mengenai siapa yang berjalan ke pemakaman dahulu. Antara aku dengan air mataku, atau kau yang akhirnya membawa bunga mataharimu dan menaruhnya dalam makam yang berkijing itu.
0 Komentar