Setiap ada lagu baru, menjadi pengingat bahwa ternyata aku mengasihimu. Setiap lagu baru, rasa suka cita dan kasih timbul kembali, lagi dan lagi. Setiap tahunnya ada berapa lagu baru yang ada? Dan tanpa alasan, lagi dan lagi kau menjadi tokoh utama paling terkasih yang berhasil menghalau manusia lain untuk hadir.
Meski, kau mendengarkan lagu dengan yang lain, dan aku hanya bisa membaca liriknya.
Tapi rasanya, jika benar yang menjadi milik kita akan kembali kepada kita, aku tidak berani untuk menaruh mimpi kepemilikan. Setidaknya, aku bersukacita saat bersama, meski mungkin kita tidak selamanya.
Kita selalu ada di waktu yang tepat meski tidak tepat waktu, menurutku.
Karena aku selalu dalam keadaan terjaga. Yang masih selalu menyelipkan doa, karena aku tahu aku tidak seberani itu untuk berusaha.
Sedangkan usaha manusia untuk merayu itu butuh energi yang besar. Dari energi, rasa malu, sampai rasa sabar. Energiku sudah habis terjaga selama bertahun-tahun ini, hingga usaha rayu merayu tidak ada dalam to do list hidupku.
Sebenarnya, tidak ada yg cukup perihal kasih apalagi menjadi kekasih. Tapi jika akhirnya kehilangan manusia terbaik yang kini semakin sedikit dalam populasi, hal ini cukup membuat mendebarkan.
Kita sama-sama tahu, tapi bukan berarti kenal sama lain. Kita sama-sama tertawa, tapi bukan berarti kita bahagia karena satu sama lain. Kita tidak begitu bicara, tapi mungkin ada rasa yang ditahan bersama.
Membayangkan kalimat terakhir menjadi kemungkinan, rasa suka cita hadir begitu luar biasa. Bisakah? Mungkinkah? Keajaiban kah?
Dari banyak perkiraan, kesabaran, dan hal yang banyak dirahasiakan ini, tahun ini begitu lelah. Rasanya ingin menyerah, melangkah kedepan, dan mengucap dengan lugas. Sederhananya, jadikan aku tempat tujuanmu. Ayo hidup bersama, selamanya.
Hal lebih rapuh bukan kesepian, tapi merindukan hal yang dari awal bukan milik kita.
Dua setengah pagi ini, genap menjadi 3 pagi. Sebuah judul lagu yang selalu diputar, dan aku hanya membaca liriknya.
0 Komentar