Dalam beberapa bulan ini, setidaknya kita sudah melewati hal yang buruk. Jadi, tak perlu lagi cemas untuk masa depan, karena yakin saja tak ada yang lebih buruk dari beberapa bulan ini. Mungkin kutipan itu bakal meredakan, namun balik lagi seperti semula: Sayangnya, jika awalnya juga tidak baik baik saja, lalu apa bedanya? Pretending that life is “alright as it is” when it isn’t?
Setidaknya, pura-pura baik-baik saja menjadi awal yang baru untuk hidup lebih baik-baik saja. Tunggu saja, sampai protagonis menjadi joker dan mengahancurkan segala.
Kalau melihat keadaan pas Corona kini, kayak pretending nothing happened, but it's happened. So funny. Berusaha untuk tidak terjadi apa-apa padahal memang itu kejadiannya.
Layaknya cerita sedjoli yang seharusnya mengantarkanpada anniversary yang ketiga, keempat, atau kelima. Tak perlu ada reka ulang seorang manusia yang terlihat seperti penampakan di luar jendela, sedang terbahak lega sembari memegang ponselnya. Saking jelasnya obrolannya, duka citanya membawa kerumah sakit kompleksnya.
June, I need a new life not a new normal. Tapi kita masih bisa menunggu. Apakah iya, menunggu akan garansi untuk semua baik-baik saja? Aku salah satu buktinya. The thought of ‘nothingness' never scare me, but the abandonment from a childhood it does.
“kita perlu empat mata untuk berbicara ini. Kita perlu menerima maaf dan terimakasih, bahkan kalau perlu aku ceritakan sebab ketakutan yang membuat kita sama-sama menyerah”
Masih dalam suasana bercanda, akupun harus membahasakan limbik
Perihal limbik dan neokorteks. Aku bilang apa, sedangkan kau tak bisa berkata-kata. I am observer, watching more details what you did before (limbik berkata).
Perihal jatuh hati memang sebagian besar berisi delusi. Aku harap, kau hanyalah limbik yang tak bisa mengungkapkan sebab. Begitu, seharusnya.
Otak bagian limbik mengendalikan perasaan dan juga keputusan, tapi tak bisa berbahasa perihal apapun. Kau tahu kau begitu menginginannya, tapi kau tak bisa ungkap alasannya, begitulah limbik. Karena keterbatasa itu, lalu neokorteks turun tangan, dia menafsirkannya “karena dia menarik, misalnya”. Rasional menyeru, banyak orang cantik tapi kau tidak mencintainya? Begitulah limbik, tak bisa ungkapkan bagaimana, hanya bisa “karena dia".
You say that this kind of thing are uncertain, but its not that strange
Memang, semua juga tahu tidak ada yang pasti. Semua berproses, semua berubah, entah lebih baik, atau sebaliknya. Tapi, jika kau curi start dan memfatwa semua ddi dunia ini tidak pasti ,termasuk kita misalnya, ya aku cukup pintar untuk bilang kau tak seiman.
Selamat!Untuk siapapun.
Survive perihal fisik ataupun mental, kamu patut berbagga. Kamu menuangkan semua kesakitan, serta luka yang telah pulih, yang membentukmu lebih tajam seperti sekarang. Setidaknya, dari sekarang, kau dan aku akan mampu berjalan dalam dunia normal meski begitu canggung untuk ukuran orang sakit sekalipun. Setidaknya, memang begitu dunia bekerja
Selamat datang hidup baru.
ah, Juli sebentar lagi
credit image:https://gunkarlsson.com/illustration
0 Komentar