Penyesalan.
Buku Funicula Funiculi, jika bisa aku ambil satu kata, penyesalan adalah kata yang pas mewakili narasi dalam buku ini. Penyesalan adalah rasa yang pasti dimiliki oleh setiap orang dari semua kalangan. Entah dari segi umur yang masih kanak-kanak sampai dewasa. Atau bahkan dari sisi manusia yang kelihatan baik-baik saja, semuanya memendam penyesalan.
Namun, buku ini buka menceritakan bagaimana manusia terpuruk karena penyesalan atau cerita-cerita yang menyedihkan. Akan tetapi, bagaimana rasa penyesalan itu bisa datang dan bagaimana untuk mengelolanya, bukan menghilangkannya. Karena kita juga tahu, menghilangkan rasa, tidak semudah rencananya. Nah, bagaimana cara tokoh ini mengelolanya? Yuk kita cari tahu bersama.
Jalan Cerita
Narasi buku Funiculi Funicula di isi dengan beberapa tokoh yang memiliki permasalahan berbeda. Seorang suami dengan penyakit alzheimer yang lupa dengan isterinya, seorang calon ibu yang tahu bahwa ia tidak bisa bersama dengan anaknya di masa depan, seorang kakak yang menyesal karena ditinggal adiknya meninggal, serta seorang wanita yang menyesal tak bisa mengatakan jujur bahwa ia tidak ingin ditinggalkan.
Semua kasus di atas begitu menarik untuk diselami satu persatu. Baik dari tutur penceritaan pengarang, bahasa ringan, namun terkadang terselip misteri yang butuh kamu pecahkan.
Menariknya…
Novel Funiculi Funicula karya Toshikazu ini berlatar belakang sebuah cafe antik nan unik. Menyajikan kopi yang hanya bercita rasa moka, dan terkenal dengan legenda bahwa “cafe ini mampu membuat orang kembali ke masa lalu”. Meski akhirnya, banyak yang datang dan kecewa karena mereka menganggap bahwa ini mitos belaka.
Kenapa mitos? Tentu saja karena 5 peraturan yang aneh yang hanya bisa dijalankan oleh orang yang begitu menyesal untuk menebus kesalahan atau menghindari kesalahan yang ia lakukan. Meski mereka tahu bahwa mereka kembali tidak akan merubah apapun, apalagi bisa membuat orang mati hidup kembali. Tidak mungkin!
Lalu, kenapa mereka kembali?
Penyesalan hanya bisa dihadapi
Seperti yang tertulis di atas, bahwa rasa tidak bisa dihilangkan, termasuk penyesalan. Hanya bisa dikelola untuk meminimalisir kesakitan, atau mengubah makna penyesalan menjadi sebuah pelajaran.
Seperti halnya tokoh dalam novel ini, mereka bahkan bisa hilang kendali saat kembali ke masa lalu karena bertemu orang yang mereka sayang seakan tak mau kembali ke masa depan. Tapi, mereka tahu mereka tidak bisa! Jika mereka berjanji menjadi lebih baik, maka hidup di masa depan dengan baik adalah solusinya.
Dan, perihal penyesalan, hanya bisa dihadapi dengan kuat hati, berani.
Setelah baca ini
Sungguh sebuah novel yang menarik, karena menggambarkan manusia bisa kembali ke masa lalu. Setidaknya, bagi pembaca yang tidak bisa kembali ke masa lalu, mereka tahu bahwa kehidupan beserta masalahnya harus dijalani dengan berani dan sungguh-sungguh.
Jika penyesalan adalah kata yang mewakili buku ini, Keberanian adalah jawaban yang aku temukan setelah buku ini aku rampungkan.
Tak perlu berpikir bahwa hidup bisa kembali ke masa lalu atau mampir ke masa depan, karena masa sekarang adalah hal paling ajaib yang bisa kita rasakan dan maksimalkan.
Dan tentu saja, rasa penyesalan tak bisa di hindari atau dihilangkan, tapi jadikan sebuah pengalaman. Begitulah cara tokoh ini mengelola rasa.
Enjoy the story and happy reading everyone!
0 Komentar