Masih dalam hal belajar, Maryam belajar dengan sabda "nabi". Nabi sebagai seonggok daging yang tercipta dari tanah merah, sepertinya. Bukan nabi yang memberi teladan rakyat atau hal mulia lainnya. Nabi yang sama seperti Agus, Joko, Harto, Wati, dan Amin.
Kasihan kasihan, Maryam ditipu Nabi! Orang-orang berseru.
Ia percaya bahwa Nabi menjadi ciptaan terbaik yang tidak akan curang dengan lisan, tapi baru-baru ini ketahuan.
Kasihan kasihan, orang-orang berseru kembali.
Hanya saja, bukan masalah ditipu. Bagaimana ia bilang ke ibunya. Padahal selama ini ia setor kabar kecil tentang nabinya pada ibunya. Sabda nabinya, dan permintaan nabinya. Namun, tetap ia hindari setor janji nasibnya. Karena tahu, kata hanya doa.
Dan boom, kini kabar sudah menyebar. Kesehatan maryam juga ditanyakan. karena ibunya tak bodoh-bodoh amat, pastinya ia tahu juga bagaimana keadaan yang sebenarnya.
Kasihan kasihan, orang-orang berseru kembali.
Sabda nabinya ia simpan baik-baik, ia cek berkala apakah ada yang salah ucap, atau sudah tidak berlaku. Meski ternyata...
Kasihan kasihan, orang-orang berseru kembali.
Hilang fokus! Maryam menaruh kepercayaannya yang dibawa dalam perjalanan hijrah ke gua entah mana. Kasihan lagi, ia harus isi energi untuk mulai percaya pada nabi nabi lainnya. Sentimen masa kecilnya kembali hadir. Hampir lagi ia tak mau dengar sabda-sabda lainnya. Seperti sabda Nabi, sabda Joko, sabda Mega, ata sabda Harto.
Padahal tak semenyakitkan dan ngilu! Dibanding tetangganya yang terdampar dalam ambang batas kematian saat mereka menjadi nelayan. Bermodal niat untuk mencari penghidupan, tapi malah ia harus pertaruhkan nyawa dan kehidupan. Ketika akhirnya ia terombang ambing dalam samudera, 3 hari tanpa ada penyelamatana. Jadi nabi yang mana yang telah menipu?
Meski ditipu, meski menangis, dengan suara yang lebih santun, maryam bilang
bukan kasihan, kasihan !
Sebut saja ia belajar. Meski awalnya ia ingin murka, karena ia tahu bahwa jadi nabi tidak boleh asal bicara. Keseriusan yang bukan kosong, atau menjanjikan harapan harapan indah kedepannya. Bahan untuk menjadi nabi memang tak asal bual saja. Masalahnya, sabda nabi bukan untuk buat orang senang, kadang butuh juga kebenaran menyakitkan.
maryam: kasihan kasihan!
0 Komentar