Waktu ke Waktu


Mungkin fakta fakta mengejutkan yang paling menyedihkan dan butuh pertolongan belum pernah diungkapkan, kendati seberapa lemah sekalipun. Kecuali, kecuali pada pemilik takdir dan kehidupan. Seperti itulah aku bertahan hidup dari waktu ke waktu.

Karena meski samar-samar, masa depan sedikit lebih terlihat meski hanya dalam 24 jam ke depan. Tidak sepenuhnya gelap. Serta semakin yakin bahwa kehidupan tidak selamanya menyiksa, semakin tampak masa depan yang lebih ceria, dan kehidupan yang semacam ini yang tidak perlu disesali. Seperti kata penulis yang ku jadikan kuot di wallpaper hape, bersyukurlah manusia yang masih merasa sakit, pertanda ia punya rasa. Seingatku, Pramoedya menulisnya.

Dan masih begitu dalamnya aku terjatuh dalam pikiran yang prematur, yang lahir hanya saat tengah malam, yang hadir saat jam rawan yang nakal. Seperti monyet yang mengacaukan pikiran, dan inilah waktu yang tepat untuk beristirahat. Karena semakin bergantinya waktu, tahun demi tahun, yang kulakukan adalah perburuan. Sayangnya, tahun ini aku menjadi mangsanya.

Yang mengherankan adalah, kita tidak tahu sejak kapan kita menjadi mangsa dalam menjalani kehidupan dengan pongah. Ketika akhirnya kita sadar, terbangun seperti mimpi, kita sudah terjebak pada jebakan pemburu, terkena jaring pemburu, atau sudah dalam keadaan mati tertembak mesiu pemburu.

Mungkin keadaan selalu membaik, dari segi apapun yang kau sebut. Tapi, tidak baik-baik saja.

Posting Komentar

0 Komentar